Rural School Global Thinking

Top reviews

30 September Kelabu By Seden Binaga Owner

30 September Kelabu By Seden Binaga Owner




Di ujung bulan, 30 September yang kelabu,

Dalam alam kelam, hati merintih pilu.

Sebuah kisah tragis, terukir dalam sejarah,

Menguras air mata, menggelegak pilu yang abadi.


Matahari terbenam dalam selimut kelam,

Menyisakan duka, dalam jiwa yang pilu.

Rintihan angin memanggil namamu,

Menggema di udara, meratapi kepergianmu.


Langkah kaki terhenti di tanah yang berdarah,

Saksi bisu tragedi, menyaksikan segala.

Wajah-wajah pucat, mata yang berkaca,

Memohon belas kasihan di tengah kehancuran.


Anak-anak terpisah dari tangan ibu,

Menangis pilu, tak lagi mendengar pelukan.

30 September, luka yang tak pernah sembuh,

Mengalir dalam darah, menyala dalam ingatan.


Malam yang kelam menyelimuti bumi,

30 September, kau meninggalkan duka.

Dalam hati terukir, dalam jiwa terpatri,

Tragedi yang kelabu, takkan hilang selamanya.


Namun dari kegelapan, harapan terbit,

Bangkit dari puing, mencari keadilan.

Mengenangmu dalam doa, membawa cahaya,

30 September, kau tetap di hati kami.


Takkan pernah pudar, takkan pernah sirna,

Seiring waktu berlalu, dalam kenangan abadi.

Kita tetap bersatu, memeluk cinta dan damai,

Mengenang 30 September yang kelabu selalu di sini.


Dalam senyap malam, suara langkah-langkah gemetar,

Menuju tempat yang sunyi, mengenangmu dengan setia.

Di bawah bulan purnama, bunga-bunga melayang,

Memayungi kisah kelam, menghias sejarah.


Hati yang teriris, luka yang tak terobati,

30 September, kenangan yang tak bisa dilupakan.

Namun dari luka, tumbuh kembali harapan,

Membawa kita bersama, mencari keadilan.


Bersama bintang, kau menyaksikan langkah kami,

Menuju masa depan, tanpa lupakan dirimu.

Dalam tiap langkah, dalam setiap doa,

Kita bawa semangatmu, terukir di dada.


Cahaya kebenaran terangi jalan gelap,

Melangkah dengan teguh, takkan pernah goyah.

30 September, kelabu yang bersemi jadi bercahaya,

Mengajar kita arti cinta, perdamaian, dan persaudaraan.


Hari ini kita berdiri, mengenang pahlawan kita,

Dengan hati yang penuh syukur, dengan rasa hormat yang tulus.

Mengucapkan terima kasih, untuk segala pengorbanan,

30 September yang kelabu, tetap di dalam hati kami abadi.


Mengalirkan air mata, bukanlah tanda kelemahan,

Tapi bentuk penghargaan untukmu, yang tak pernah lupa.

Di setiap detik, di setiap hela nafas,

Kita teruskan perjuangan, mengikuti jejakmu yang agung.


30 September, kelabu namun penuh makna,

Di dalam hati kami, kau tetap bersinar.

Dengan cinta dan pengharapan, kita lanjutkan perjuangan,

Mengenangmu selamanya, di setiap langkah dan nafas kami.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Categories

Popular Posts

Total Tayangan Halaman

Recent Posts